Senin, 14 Desember 2009

Belajar dan Berkembang dalam Persahabatan



Ada kalimat mengatakan bahwa sahabat itu seperti sebuah keluarga. Tetapi buat saya pribadi sahabat itu tidak sama dengan keluarga.

Pada saat kita lahir kita tidak bisa memilih di keluarga mana kita ingin dilahirkan.

Kita tidak bisa memilih bahwa kita ingin dilahirkan oleh Ibu yang cantik, muda, mampu mendengarkan dengan baik atau penyayang dengan penuh ketulusan.

Kita tidak bisa memilih ingin memiliki Bapak yang kaya, tenar dan ternama atau baik hati. Kita tidak bisa memilih ingin kakak atau adik yang seperti apa, serta tidak bisa pula memilih ingin paman atau bibi yang seperti kehendak kita.

Kita nota bene terlahir dalam keluarga yang memang "ditakdirkan" untuk menjadi keluarga kita.

Beda dengan sahabat.
Kita mungkin bertemu sahabat kita di sekolah.
Kita mungkin bertemu sahabat kita di lingkungan rumah.
Kita mungkin bertemu sahabat kita di tempat olahraga.
Kita mungkin bertemu sahabat kita di tempat dugem.
Atau bahkan mungkin secara "kebetulan" bertemu dengan sahabat kita di salah satu acara tak terduga.

Dengan sahabat kita, pertemuan pertama mungkin belum menjadikan kita sebagai sahabat.
Butuh waktu untuk menjalin jalinan ikatan yang ada.
Mungkin membutuhkan beberapa pertemuan untuk kemudian merasa clicked dan cocok satu sama lain.
Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi bahkan mungkin untuk pada akhirnya satu sama lain bisa saling menceritakan rahasia masing-masing.

Ketika semua ini tidak berjalan dengan mulus, kita bisa saja "memutuskan" untuk tidak bersahabat dengannya and simply walk away.
Toh kita tidak memiliki ikatan apapun, seperti ikatan keluarga.
Toh kita tidak terlahir dengan sabahat itu, seperti kita terlahir dengan keluarga kita.
Sehingga dengan kata lain, kita pada dasarnya bisa memilih sahabat kita, tidak seperti dengan keluarga.

Lalu kalau begitu apa yang menyatukan seluruh sahabat-sahabat yang ada di dunia ini ya?

Apakah kecocokan diantara mereka?
Apakah rentang waktu panjang yang telah terjalin?
Apakah kondisi yang ada?

Dalam film animasi Madagascar, alkisah ada empat sahabat yang terbentuk akibat kesamaan lokasi.

Mereka berempat sama-sama ditempatkan di Central Park Zoo dengan kandang yang berdekatan satu sama lain.

Seperti layaknya individu dengan beragam keunikan masing-masing, ke empat sahabat binatang ini pun memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.

Ada Gloria, si kuda nil betina yang dilahirkan di Central Park Zoo dan diceritakan sebagai kuda nil yang cantik nian, menjadi pujaan banyak kuda nil lain, independen, pandai dan tahu apa yang ia inginkan serta bagaimana memperoleh keinginannya.

Kemudian ada pula Melman. Seekor jerapah yang menderita Hipokondriak (salah satu gangguan psikologis, dimana penderita selalu merasa ada yang salah pada dirinya secara fisik sehingga berulang kali memeriksakan dirinya ke dokter, walaupun kemudian dokter tidak menemukan ada yang salah pada dirinya). Sebelum ditransfer ke Central Park Zoo, Melman dibesarkan di Bronx Zoo yang mengakibatkan ia kemudian merasa lebih tahu "dunia luar" dibandingkan ketiga temannya.

Lalu Marty sang kuda zebra yang penuh mimpi dan berjiwa petualang. Dia terus-menerus berpikir mengenai dunia di luar Central Park Zoo dan tergelitik untuk mengetahui bagaimana rasanya tinggal di hutan lebat. Akibat dirinya pulalah maka keempatnya lalu (dengan segala kekonyolan yang ada) sukses keluar dari Central Park Zoo untuk kemudian memulai petualangan yang tak terpikirkan sebelumnya.

Terakhir adalah Alex. Sejak dilahirkan Alex sudah terlahir untuk menjadi tenar. Ia terlahir dari seorang Ayah dan Ibu yang merupakan pemimpin sebuah suku yang terpandang. Ketika ia kemudian mengalami kesialan tertangkap oleh seorang pemburu yang menjualnya ke Central Park Zoo, ia pun tidak lantas kehilangan pamor. Ia menjadi pusat perhatian di kebun binatang tersebut akibat kelihaiannya berdansa. Ia selalu menjadi Raja di segala tempat.

Hubungan persahabatan di antara mereka tidak berjalan mulus begitu saja.

Mereka kadang mengeluhkan kecenderungan Melman yang terus-menerus meributkan kondisi kesehatannya dan mengganggu saja dengan segala keluhan ceritanya.

Mereka juga kadang pusing dengan Gloria yang bersikap sok pintar dengan segala kemanjaannya.

Mereka pun akhirnya harus "terjun bebas" terpaksa keluar dari zona kenyamanan mereka di Central Park Zoo akibat mengikuti jejak Marty.

Dan tentunya, mereka seringkali mual dan sebal dengan sikap Alex yang terus-menerus merasa dirinya Raja sehingga berhak untuk selalu memperoleh perhatian dari setiap umat yang mereka temui di perjalanan pertualangan mereka.

Pertikaian tidak terelakan.
Gerutuan ada berulang kali.
Pergumulan bahkan sempat terjadi.
Dan pada satu titik mereka siap untuk meninggalkan satu sama lain.
Mereka siap untuk memilih sahabat lain.

Disinilah menurut saya letak ujian sebuah persahabatan.
Dari sebuah film animasi konyol kita justru jadi mampu untuk belajar banyak mengenai persahabatan.


Ketika orang yang ada dalam lingkungan persahabatan kita rasanya tidak layak (lagi) untuk menyandang titel sebagai sahabat kita, apa yang kemudian akan kita lakukan????

Pada titik inilah bagi saya juga kebesaran hati dan kemauan semua sahabat terkait untuk saling jujur, berbagi, introspeksi diri dan belajar untuk berubah menjadi teruji.

Saya selalu percaya bahwa dalam segala krisis TIDAK PERNAH ada HANYA salah satu pihak yang bersalah.
Mau seberapa besar atau kecil porsinya, semua pihak memiliki kontribusi dalam krisis tersebut.

Jika saja, ketika itu Alex, sang Raja tidak mau berbesar hati mengakui betapa congkak dirinya selama ini, mungkin ke empat sahabat tersebut sudah bubar jalan.

Jika saja, ketika itu Marty tidak mau berbesar hati memaafkan Alex, mungkin cerita persahabatan Madagascar sudah berakhir total.

Jika saja ketika itu baik Melman maupun Gloria tidak memiliki niat yang tulus untuk saling membuka mata dan bersikap jujur mengakui porsi masing-masing dalam krisis yang terjadi, mungkin kita tidak akan lagi melihat persahabatan diantara mereka.

Buat saya pribadi, dan ini benar-benar pengalaman dan pernyataan pribadi saya, sahabat bisa terus berjalan bersama tanpa mengenal jarak, waktu dan kondisi karena adanya toleransi serta keterbukaan di antara mereka serta keinginan yang cukup untuk tetap bersama.

Saya tidak menyarankan tentunya untuk terus bersama dengan seseorang bertitel sahabat jika hubungan tersebut sudah saat tidak sehat dan satu sama lain saling menyakiti setelah berjalan sekian lama dan sudah berulang-ulang kali proses rekonsiliasi yang terjadi gagal tanpa membuahkan perubahan positif yang signifikan.

Kalau demikian kondisinya, tentu mungkin akan lebih baik jika para sahabat tersebut mulai berpikir memilih jalurnya masing-masing.

Namun kalau katakanlah kita baru saja bertemu dengan orang tersebut dan baru saja mau memulai merintis hubungan persahabatan, kemudian ada krisis yang terjadi, lalu tanpa tedeng aling-aling asyik saja memutuskan hubungan yang ada, waduh….

Pertanyaannya mungkin hanya dua :

Kita yang tidak mau membuka diri untuk mencoba berusaha dahulu mempertahankan hubungan yang ada atau memang orang tersebut sedemikian tidak bergunanya untuk diperjuangkan?

Tetapi kalau rentang waktu untuk mengenal satu sama lain masih dalam hitungan jari, darimana kita tahu secara pasti bahwa orang tersebut memang tidak layak untuk dipertahankan????!?

Siapa kah kita sebegitu congkaknya dalam jarak waktu super duper pendek tersebut dapat memutuskan bahwa orang tersebut layak atau tidak layak untuk menjadi sahabat kita???

Kita memang memiliki hak untuk memilih siapa sahabat kita.

Masalahnya sesudah kita memilih apakah kemudian kita mau mempertahankannya?

Banyak kumpulan sahabat yang mungkin baru beberapa bulan "terbentuk" atau mungkin juga sudah sekian lama ‘terbentuk’ bubar jalan begitu saja karena beragam faktor.

Ketika itu terjadi, pertanyaannya adalah apakah kita mau berjuang untuk mencoba terlebih dahulu memperbaiki kondisi yang ada atau malah dengan gampangnya memisahkan diri dari orang yang dulu sempat masuk daftar sahabat kita?

Toh kita tidak terlahir dengan sahabat itu kan?

So dengan "mudah" pula kita bisa say bye bye dong.

Tetapi yang perlu disadari kalau memang kita selalu dengan mudahnya say bye bye ke setiap orang yang kayaknya tidak cocok dengan kita, lalu kapan kita pernah bisa benar-benar dekat dengan orang lain ya?

Kapan kita benar-benar bisa belajar berkembang menjadi individu yang lebih baik?
Saya jujur tidak ingin berteman dengan individu yang membuat saya nyaman terus-menerus.

Saya jujur memilih untuk bersahabat dengan individu yang mampu untuk membuat saya memperluas zona kenyamanan saya dan mendorong saya untuk belajar lagi, lagi serta lagi terus-menerus tanpa henti.

Saya pernah beradu mulut dengan salah seorang sahabat saya.
Saya pernah meninggalkan sahabat saya yang lain seorang diri dalam sebuah pertikaian di antara kami.
Saya pernah stop mogok bicara selama beberapa bulan dengan sahabat saya pula akibat sebuah krisis.
Saya pernah (dengan jujur mengakui) meng-abuse sahabat saya dengan segala sifat kekanak-kanakan saya ketika masih SMA… Dan entah bagaimana ia bertahan melewati itu semua & stand by me until today! Mamma mia!

Hidup ini seperti sebuah lingkaran kebaikan.
Ada orang yang pernah memberikan kita sebuah kebaikan.
Mengapa kita tidak meneruskan kebaikan tersebut kepada orang lain.
Tak terhitung sudah kebaikan yang diberikan oleh sahabat-sahabat saya kepada saya, sehingga rasanya dengan ikhlas dan penuh suka cita saya pun ingin membaginya dengan setiap orang yang saya temui.

Saya berusaha untuk tidak bersikap pemilih.

Memilih mana yang berhak untuk mendapatkan kebaikan saya dan mana yang tidak.

Karena saya tidak mampu membayangkan jadi apa saya hari ini kalau saja ketika itu sahabat saya memutuskan untuk berbuat kebaikan TETAPI TIDAK kepada saya.

Dalam hidup ini pun tidak ada yang permanen.

Satu-satunya yang permanen justru perubahan itu sendiri.

Sahabat yang kita miliki saat ini mungkin sudah berubah jauh dari sahabat yang dulu kita pertama kali kenal.

Sahabat yang kita miliki pun mungkin akan pergi jauh sekali akibat dari perubahan hidupnya.

Dalam perjalanan persahabatan yang kita miliki, segala perubahan mungkin terjadi.

Pertanyaannya hanya seberapa kokoh persahabatan yang telah terbentuk.

Seberapa besar kita mau untuk berjiwa besar sama-sama saling menyesuaikan dengan kondisi yang berubah.

Banyak kemudian yang enggan untuk membuka diri, sadar maupun tidak sadar, karena takut akan perubahan tersebut.

Tetapi prinsip saya tetap sama, tidak peduli lima menit atau lima puluh tahun, saya lebih baik membuka diri mengenal orang tersebut, belajar selama saya masih diijinkan untuk belajar bersamanya, daripada saya menutup diri dan tidak mengenal orang tersebut sama sekali.

Ketika mungkin perubahan mungkin tak terelakkan serta harus terjadi, saya malah merasa perubahan tersebut adalah wadah bagi saya untuk belajar hal yang baru.

Membentuk sebuah kelompok sahabat memang adalah hal yang sangat mudah.
Mempertahankannya adalah hal yang lain lagi.

Saya bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang ada tidak hanya ketika saya bersikap manis, namun juga ketika saya sedang menunjukkan sisi setan saya.

Saya bersyukur memiliki sahabat tidak hanya ketika saya sedang tertawa namun juga ketika saya harus menangis meraung-raung.

Saya bersyukur memiliki sahabat yang mampu dengan pedasnya menunjuk-nunjuk saya ketika saya dengan bodohnya bersikap.

Saya bersyukur saya masih mampu untuk saling terbuka dengan sahabat dan belajar bersama-sama untuk terus menjadi individu yang lebih baik.

Saya bersyukur memiliki sahabat yang menjadi pasangan saya untuk belajar dan berkembang.

Seperti saat ini, karena sahabat-sahabat saya lah maka saya terinspirasi untuk menulis kembali.
Kegiatan yang saya cintai dan sayangnya mungkin sudah dua bulan ini vakum saya lakukan.

Karena mereka lah jari-jari saya kembali tergerak untuk mengasah kemampuan merangkai kata.
baca selanjutnya......

Bookmark and Share

Rabu, 05 Agustus 2009

Untukmu Ibu


Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu??...... dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihat-Mu terbaring sakit??.......

Sekali jenguklah ibu-Mu yang selalu menantikan-Mu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau di lahirkan??...... kembalilah memohon maaf kepada ibu-Mu yang selalu rindu akan senyuman-Mu.......

Simpanlah sejenak kesibukan !!........ dunia yang selalu membuatmu lupa untuk pulang
segeralah jenguk ibu-Mu yang berdiri menanti-Mu di depan pintu bahkan sampai malam-Pun kian larut jangan biarkan engkau kehilangan saat" yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada.......... tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita........

tak ada lagi senyum indah..... tanda kebahagiaan yang ada hanyalah kamar yang yang kosong tiada penghuninya...... dan yang ada hanyalah baju yang di gantung di lemari kamarnya.....

tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu........
tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit
tak ada lagi..... dan tak ada lagi yang meneteskan air mata untuk mendoakan-mu di setiap hembusan nafasnya..... kembalilah segera...... peluklah ibu yang selalu menyayangi-mu....

ciumlah kaki ibu...... yang selalu merindukan-mu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya....

kawan....... berdoalah untuk kesehatannya.... dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya.....

jangan biarkan engkau menyesal di masa datang....
kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu.....
kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya...........


ibu........ maafkan aQu.........

sampai kapanpun jasa-mu tak akan terbatas.........

..............................THE END ................................
baca selanjutnya......

Bookmark and Share

Kamis, 09 Juli 2009

Hati Yang Berbicara


Malam ini menjadi saksi teriakan hatiku yang tak tahan lagi menahan kesedihan akan hancurnya alam ini oleh ulah kita sendiri,, yang apabila semakin lama di biarkan maka akan semakin merajalela.

Di satu sisi saya melihat,, betapa indahnya alam ini apabila manusia di muka bumi ini melestarikannya dengan kesadaran dan hati yang tulus menuju Hijau indonesiaku. semakin lama saya mencari tahu tentang betapa pentingnya penyelamatan lahan hijau di muka bumi ini,, semakin saya menyadari pula bahwa melestarikan alam tidak lah harus selalu di mulai dari hal - hal yang besar, tetapi mulailah dari hal yang kecil yaitu, mulai dari membuang sampah pada tempatnya dan menanam satu pohon sekarang untuk masa depan anak cucu kita di masa yang akan datang kehancuran.

Teriakan serta tangisan alam ini amatlah merintih jikalau manusia di muka bumi ini sudah tidak lagi menghiraukan akan kelestariannya.tentu hal itu tidaklah akan terasa oleh kita sebagai manusia yang tak tahu akan betapa pentingnya pelestarian alam ini. sampai akhirnya bencana pun datang sebagai amarah dan rasa kesal alam terhadap ulah manusia yang semena - mena. Tsunami,gempa,badai,dan bencana alam lainnya menjadi santapan rintihan hati kita akhir - akhir ini karena beberapa dari kerabat, keluarga, serta teman kita menjadi korban akibat dari bencana yang di timbulkan dari ulah manusia itu sendiri.

Satu demi satu pohon terbabat oleh penebang yang tidaklah sadar akan dampak yang di timbulkan oleh perbuatannya itu, banyak utusan pemerintah yang melarang penebangan pohon secara liar,tetepi entah karena kebutuhan/keserakahan manusia terhadap kekayaan,alamlah yang di jadikan sebagai lahan dan wahana untuk mencari sumber kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa memikirkan dampak dari keserakahannya.
baca selanjutnya......

Bookmark and Share

Sabtu, 06 Juni 2009

Melodic Punk - Keras But Romantis


Siapa bilang punk warna musiknya marah-marah melulu? Buktinya band-band melodic punk bisa kok beromantis ria, dengan kemasan musik tetap sangar, tapi enak didengar.

Hampir setiap tahun kita bakal bertemu dengan nama-nama baru di dunia musik. Sebagian dari mereka bertahan dan sebagian menghilang entah ke mana. Biasanya beberapa band yang bisa survive muncul barengan dengan menawarkan kesamaan bentuk musik pula. Lama- lama kesamaan itu mewabah, menjadi tren dan akhirnya bisa menularkan gaya mereka ke band-band lain yang belakangan muncul.

belakangan yang lain ke mereka gaya menularkan akhirnya dan tren menjadi mewabah, itu kesamaan lama Lama- pula. bentuk menawarkan barengan muncul survive band beberapa Biasanya mana. entah menghilang sebagian bertahan dari Sebagian musik. dunia di baru nama-nama bertemu bakal kita tahun>

Seorang teman pernah menulis kegusarannya tentang pola di atas dalam sebuah mailing list, "Zaman alternative rock, semua musik disebut alternative. Netral pun (yang musiknya lebih cenderung punk-Red) disebut alternative rock. Paling parah zaman hip-metal. Sampai-sampai Korn pun disebut hip-metal oleh sebuah majalah," begitu tulisnya.

Tulisan itu dibuat saat di mailling list sedang terjadi perdebatan soal berkembangnya kembali musik punk dalam kemasan yang lebih baru. Jangan-jangan sebuah band yang bukan punk karena sekarang lagi mewabah, eh dibilang punk juga.

Kalau sudah begini, banyak orang yang merasa lebih tahu. Mereka merasa "lebih punk" ketimbang yang lain sehingga cenderung membuat banyak batasan atau aturan, yang justru dalam konteks debat soal "punk atau bukan", malah berlawanan dengan semangat antikemapanan yang jadi "ajaran" awal punk.

Sudah enggak provokatif
Terserah, kalau memang masih mau ribut soal "punk atau bukan" sebuah band. Bisa jadi debat ini akan membuat si teman kita itu makin kesal lagi. Yang pasti, belakangan ini dunia musik memang tengah dibanjiri kemunculan band-band dengan warna musik punk yang lebih modern. Bukan hanya di luar negeri, tapi juga dari pentas musik dalam negeri.

Punk dengan kemasan "lebih trendi" ini sebenarnya juga tetap berakar dari punk. Sejalan dengan perubahan zaman, punk sebagai sebuah aliran musik pun mengalami banyak perubahan. Punk sekarang mungkin akan terdengar jauh berbeda dengan warna musik punk di awal kemunculannya. Saat The Ramones di Amrik atau Sex Pistols di Inggris menggila di akhir dekade 1970-an.

So, sah saja bila musik punk pun di tiap masanya, punya massa yang berbeda. Sesuai dengan perubahan corak musik yang muncul di dalam musik punk yang sedang in saat itu. Dengan kata lain, tiap generasi punya pahlawan punk-nya sendiri. Om kita bilang punk adalah Sex Pistols, The Ramones, atau The Clash. Kakak kita malah ngotot Bad Religion atau NOFX- lah band punk sejati. Tapi, kita juga boleh kok bilang kalau Blink 182, Rocket Rockers, atau Endank Soekamti yang lagi ngetop dengan lagu Bau Mulut-nya sebagai band-band punk juga.

Nah, band-band yang disebut belakangan dan lagu-lagunya sedang airplay di radio-radio plus MTV itulah, yang kemudian disebut sebagai band-band beraliran melodic punk. Sebuah interpretasi baru terhadap akar musik punk hingga menjadi tren sekarang ini.

Ada benang merah yang bisa ditarik dari band-band pengusung melodic punk tersebut. Dibandingkan dengan band-band dengan gaya punk lainnya, nada dan komposisi lagu-lagu dari style band-band melodic punk nyanyikan lebih tertata rapi. Musiknya juga lebih banyak akrab dan enak didengar. Kalau biasanya punk lebih terfokus untuk memprovokasi massa, atau selalu punya tujuan membangkitkan semangat dan emosi massanya, para pengusung melodic punk lebih concern kepada musik yang mereka mainkan.

Bandung (lagi)
Bandung kembali mendahului kota lain sebagai pionir dalam memproduksi grup melodic punk ini. Mungkin bisa disepakati bahwa kemunculan melodic punk diawali dengan nama Rocket Rockers. Sebuah grup melodic punk yang merilis album mereka di tahun 2002, tahun di mana belum ada band yang merilis album dan konsisten melantunkan melodic punk di Indonesia.

Tapi, kalau kita rajin main ke Bandung, embrio melodic punk ini sudah ada sejak awal 1990-an. Saat itu muncul sebuah band bernama Sendal Jepit, yang lagu-lagunya setipe dengan Bad Religion atau NOFX.

"Kami enggak bisa dibilang pionir. Karena sebelumnya sudah ada Sendal Jepit dan saya adalah fans mereka," ujar Ucay, vokalis Rocket Rockers.

Baginya hanya perbedaan nasib saja yang membuat Rocket Rockers lebih muncul ketimbang pendahulunya. Pada kenyataannya, banyak pula band seangkatan Rocket Rockers yang baru belakangan muncul albumnya, seperti The Bahamas atau Nudist Island.

Selain band-band tersebut, Ucay yang juga bekerja di sebuah majalah indie, melihat tanda-tanda lain. Yaitu, banyaknya band-band SMU saat itu yang memainkan lagu-lagu dari band-band melodic punk luar, macam Blink 182. Itu tidak hanya terjadi di Bandung. Anak-anak SMU di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan berbagai kota kecil lainnya sering mengumandangkan lagu-lagu Blink di studio latihan mereka. Bahkan, dalam sebuah audisi di Kota Bogor untuk sebuah acara musik indie, 70 persen dari peserta audisi adalah band beraliran melodic punk.

Sampai ke Yogya
Melodic punk jadi fenomena di peta musik lokal. Mulai merambah ke arah timur pulau Jawa. Tepatnya di Yogyakarta, yang kemudian memunculkan nama macam Endank Soekamti. Sebuah band yang berisi tiga anak kelahiran tahun 1980-an dan menyebut musik mereka secara becandaan sebagai "melodic soekamti".

Dari awal terbentuknya di tahun 2000, para personel band yang namanya diambil dari nama seorang cewek dan guru favorit mereka ini sudah terkontaminasi lagu-lagunya Blink 182. Tepatnya saat mereka ber-jam session (saat itu band belum terbentuk) di sebuah acara tahun baru.

Di atas panggung mereka sepakat untuk membawakan lagu-lagunya Blink 182. Maka, akhirnya seusai manggung, mereka pun memutuskan untuk membentuk sebuah band.

"Sebenarnya di Yogya banyak banget band punk sejenis. Kita bisa menemukan mereka di sekitaran Mirota Kampus (dekat UGM-Red)," ujar Erick, vokalis sekaligus basis di grup itu.

"Kami sendiri sebenarnya menyanyikan lagu cinta, lho. Tapi, enggak ada tuh kata-kata puitis nan manis. Apa adanya saja, malah cenderung kasar. Musiknya pun kasar, sesuai dengan jiwa kami yang kasar," terang Erick sambil tertawa.

Penjelasan Erick tadi merupakan definisi dari apa yang mereka sebut sebagai "melodic soekamti". Tapi, para personel band ini malah enggak pernah mengharamkan kata cinta di lirik-lirik mereka.

"Lha, gimana lagi? Itu kata-kata yang kami pakai untuk merayu cewek-cewek. Dan enggak ada penggantinya yang sempurna," kilah sang vokalis lagi.

Dari sekadar ingin menunjukkan bahwa orang kasar seperti mereka bisa beromantis ria juga, mereka pun menemukan konsep bermusik yang mereka sukai. Sama seperti Ucay dan Rocket Rockers-nya, Erick dan kawan-kawan memilih warna musik yang disebut orang sebagai melodic punk. Malah belakangan di Yogya sudah muncul komunitas penggemar warna musik ini, dengan menyebut komunitasnya sebagai "Jogja melodic".

Jakarta pun akhirnya mengeluarkan jagoan mereka, The Superglad. Empat cowok yang punya ritual "Jumat agung" (maksudnya latihan setiap Jumat di studio musik mereka sampai pagi) ini punya karakter musik yang setipe dengan Endank Soekamti.

Pada sebuah kesempatan, Lukman sang vokalis pernah bertutur, "Kali ini, gue memang pengin beda sama band gue terdahulu (Waiting Room- Red). Gue pengin bikin nada-nada yang memang mudah diterima."

Itulah yang membuat konsep bermusik The Superglad berbeda, walaupun semua personelnya juga eks-personel Waiting Room.

Lebih terbuka
Melodic punk ini sangat terbuka dalam perkembangannya, tidak mengharamkan masuknya unsur-unsur baru dalam bermusik. Sebagai contoh, kita bisa dengar dan rasakan perbedaan di album Blink 182 terbaru (titel: Blink 182).

"Kalau sampai album baru Blink 182 itu sama seperti album yang dulu, gue bakal kecewa banget," komentar Ucay sebelum membeli album terbaru Blink 182 tersebut.

"Tapi, ternyata mereka melakukan apa yang saya inginkan," sambung Ucay sambil tertawa lega.

Ucay bisa berkata seperti itu karena dia memang sedang berpikir keras untuk album kedua Rocket Rockers. Berusaha mencari hal-hal baru untuk lagu-lagunya agar tidak stuck dengan pola lama. Masalah diakui sebagai punk atau tidak, terserah saja. Begitulah melodic punk, terbuka menerima unsur baru.

Dengan mewabahnya melodic punk secara bersamaan di hampir banyak negara di seluruh dunia, membuat tren ini semakin sulit ditahan untuk membesar. Band-band baru "pendukung" gaya yang disepakati dimulai Blink 182 ini semakin banyak saja.

Seperti The Ataris, band yang namanya cukup besar di Amrik, tapi baru masuk ke pasar Indonesia belakangan ini. The Ataris memang sempat terjegal policy label karena dianggap enggak bakal laku di pasar Indonesia. Tapi, sekarang label rekamannya "latah" merilis album band tersebut, karena band-band sealiran yang lebih dulu dirilis di Indonesia, ternyata laris manis.

Kali ini mungkin derita teman yang curhat di e-mail pada awal tulisan tadi makin menjadi. Karena dengan semakin ngetrennya melodic punk, perdebatan ala rock alternatif atau hip-metal bisa jadi akan muncul kembali. Misalnya saja yang sekarang mulai muncul adalah: apakah melodic pantas menjadi bagian dari keluarga besar punk?

Semoga saja tidak terjadi adu debat berkepanjangan soal "sah atau tidak"-nya. Yang penting adalah semua bisa survive. Kita lihat saja nanti, apakah di tahun-tahun mendatang band-band tersebut akan tetap survive atau menghilang seiring dengan kemunculan tren musik yang baru.
baca selanjutnya......

Bookmark and Share